Saturday, October 28, 2006

berhenti

tarik nafas panjang...

sederhana saja kok, aku ingin beli meja itu, didalam kamar kecil, dan duduk sendiri, melihat kepulan asap-asap dari luar jendela bening, dengan dentangan jarum jam dan suara detakan jari-jari dan tuts-tuts.
sederhana saja kan, tapi sulit. yah, aku tak punya waktu lagi.
sialan.

sudahlah, kamu pantas bahagia kok. biar saja saya disini, berhenti untuk sesuatu hal yang mulia.

patah hati, 28 october 2006, 00:44 am.

Thursday, October 26, 2006

jika

jika aku mati, kenang aku di jalan itu yah.
kenang aku dengan semua tawa dan kenangan itu, bawa aku kedalam inspirasi dan mimpi-mimpi mu. kenang aku dengan semua demonstrasi yang aku tunjukkan kepadamu, dengan tundukan kepalaku, dan dengan tawa keras ku yang mengundang sejuta tangisan.

phya thai court, 26 october 2006, 00:44 AM.

Tuesday, October 10, 2006

dua

aku berfikir tentang dua di pagi ini.
semalam aku dengar cerita tentang warga negaramu. sebuah rahasia yang sangat rahasia, yang membuat mataku menjadi bulat dan terbuka di tengah malam, diluar hujan kecil.
aku membayangkan wajah-wajah para imigrans yang menyeberang di tengah malam di sungai kotor yang membelah dua negara, dan membayangkan peluh kedua orang tua mu yang membawa mu ke dunia maju sekarang, dan mereka masih berada di dunia jaman dulu, dunia dengan ember, gayung dan sumur, menggapai kau di kejauhan, dengan shower dan air hangat yang setiap malam mengguyur tubuhmu.
aku melihat kebohongan yang terbuka di kedua matamu, dan membayangkan betapa dua pasang manusia tanpa pendidikan berfikir tentang pendidikan kau, mengirim mu ke sekolah maju, sedang mereka bergelut dengan karet dan timah hitam.

aku bangun dengan peluh kecil, aku bermimpi dinikahkan tadi malam, entah dengan siapa.

aku memajukan diriku, kubuka halaman depan ku, sebuah pesan kecil yang singkat.
aku membalasanya, aku di bangkok, menikmati hidup ku dan tetap memikirkan kesalahan dulu yang aku perbuat. Mungkin bukan kesalahanku, tapi kesalahan secara keseluruhan. aku masih menganggapmu sebagai saudara dan masih ingin mencium tangan ibu mu, dan akan kubiarkan air mata ku menetes di tangannya. Andai aku bisa berteriak, maka teriakan kecil ku itu akan membuat tetesan-tetesan air mata di kedua mata orangtua ku itu, ibu itu. Aku tak akan pernah melupakan halaman luas itu, dan hangat nya segelas teh di beranda yang melenyapkan kesunyian di ruang besar itu, di malam-malam yang aku lalui. Aku hanya bisa bermohon maaf buat kesalahan yang aku tidak tahu asalnya dari mana, dan terus berdoa buat semuanya, buat dia dan dia nya dia.

aku kembali lagi ke dunia sekarang. aku ingin terangnya siang ini berganti menjadi gelap, dan aku berjalan bergandengan dengan mu di tengah kota itu, dengan suara auman mesin-mesin kereta listrik yang tidak akan pernah membelah kesunyian, bercerita tentang warna-warni lemari kayu dan meja berwarna coklat ku yang masih kucari.
aku ingin tertidur di lantai coklat itu, menikmati dinginnya pendingin ruangan yang umurnya sudah tua, dan duduk di beranda luar memandang menara tertinggi di negara ini, negara yang mengangkat ku dan mengayun-ayun kan diriku ke banyak tempat di dunia ini, yang tak pernah aku sangka sebelumnya.

aku ingin duduk sendiri dengan irama musik yang melekat di kedua kupingku, dan berfikir tentang imigran, tentang nomaden, tentang istri, tentang membawa anak ke sekolah, dan tentang packing dari satu hidup ke hidup yang lain. aku ingin pulang kerumah dan bertemu kau disana, di masa depan, sebuah masa yang tak tahu bagian depannya berada dimana.

aku mohon maaf, bukan salah ku.



menulis di antara embun-embun pathumthani,

10 october 2006, 11:30 AM.