Thursday, April 27, 2006

kecuali aku?

aku lama melupakan tanggung jawab kepada uang yang di transfer ke rekening K-bank ku setiap bulannya. kamu mengirimkan kedipan mata ke window berwarna biru itu.
aku kaget membaca tulisan-tulisan itu.

'disatu sisi, aku tidak ingin kembali, jujur'
'nothing is there for me, kecuali kamu'
'aku tidak tahu apa yang aku mau, dan apa yang akan kulakukan'

'kamu koleksi barang apa dari hard rock?'
'shot glas, tapi aku sudah punya yang dari kota itu'
'you want something from my country?'
'aku ingin kamu'
'hehe. dasar kamu!'

'urusan dengan bisnis keluarga bagaimana?'
'kami bertahan hidup, surviving'
(dalam hati: survival kit mu beda!)
'makanya kamu tidak ingin kembali?'
'kami ingin mengembangkan bisnis di thailand'
'aku tidak tahu dengan proposal yang aku bilang ke kamu sebelum terbang kesini'
'may be i will just give up'
'no, go for it'
'aku tidak tahu apa yang akan aku lakukan kedepan'
'terlalu dini memutuskan beberapa hal at this stage'
'ini tahapan penting dalam hidupmu, makanya buat keputusan yang matang'
'aku tak tahu what I wanna do'
'kita bicarakan besok, aku menjemput mu di bandara'
'penerbangan nomor dua empat kosong, tiba sekitar jam enam duapuluh'
'aku akan menjemputmu disana'
'aku tak mau kamu repot, ingat kamu harus terbang lusa nya ke bagian selatan benua ini'
'with pleasure, wanna see you soon'


hati-ku sama dengan gabus-ku. kamu sama dengan air.
dan air dengan mudahnya mengombang ambingkan gabus. mungkin aku harus mengandaikan diriku sebagai batu obsidian, granite, peridotite, chert, basalt, andesite atau batu-batu dari magma lainnya yang bukan pumice, tenggelam tapi statusnya jelas; tidak tidak jelas.

bangkok 27 april 2006, 10:51 a.m.

tiara lestari




Surprisingly, I get one Indonesian TV Channel in my apartment: TransTV. Hence, turning the TV on when arriving from daily activities is kind of first thing to do in the room. I was enjoying self-made cheese sandwich last night when Lintas Malam was on TransTV, showing interview with Tiara Lestari, an Indonesian playboy model in Spain (or in Spanish edition of Playboy). She is now returning back to Indonesia to establish career amidst the protest of Playboy magazine all over the country.
'It was because of my mom's being very disappointed and angry (as well as my father) that I decided to return to Indonesia and to continue my career in my own land'. When asked about her opinion about appearing in Playboy (of course with Tabus (Tanpa Busana) or naked) She responded 'I considered it as an art, and I myself only look at the modeling side of the work, which I work for and I have to be professional into'.

She is beautiful, wow body and hopefully wow personality. What is personality?
Anyway, just salute for her returning back to Indonesia. No comment about the playboy thing she was in. However, I wish I could have one copy of that edition.

At the end of the programme, she announced all audiences that she was a blogger too. I checked it just this morning when arriving in the office, while having hot chocolate and pumpkin bread for my breakfast. Well, my fingers were directed by my mind to open google and I added one menu or reading or whatever with my breakfast: enjoying looking (I think gazing) pictures of her in the internet. Wow!! that is all I have to say. Good luck Tiara Lestari, and I love Spain! I should have searched for you when I went there. Do you think you dont mind accommodating me? I dont mind accommodating you in Bangkok.

She is here in blogspot and her personal website will be launched on May 1.

Morning auw, morning Playboy, 09:24 am.

Tuesday, April 25, 2006

ingin kembali

mungkin akan jauh lebih stabil jika aku tidak memiliki perasaan lagi, menjadi numb dan tak peduli apapun. naure-ku seperti itu, maka jangan menarik nafas panjang dan salahkan aku karena keras untuk keinginan itu dan tak bisa as numb as you can be.

aku tak akan mungkin berada di sudut ruangan ini, terduduk terdiam dan tak sanggup melihat screen kecil itu, beberapa kata yang membuatku tak bisa menunjukkan kekuatan-kekuatan yang selalu kutersenyum dengannya. selamat, kamu telah membuatku terduduk lesu, terdiam tanpa kata dan ingin membunuh semuanya dengan pena-pena berwarna warni itu.

sekarang mungkin aku berharap untuk tidak memiliki rasa itu, pertempuran antara sakit dan senang yang selalu akan dimenangkan oleh sebuah kekalahan, dan kesakitan panjang yang tak akan berarah. mungkin aku harus menjadi numb saja, dan tak akan mengulang semua pertempuran-pertempuran yang dimenangkan oleh kekalahan yang tak akan pernah berujung.

mungkin aku harus mencari rumah baru lagi, dan memulai nya dari satu, dua atau tiga. aku kalah dengan permata hitam kecilku, tetap tangguh walaupun kutahu protes kerasnya dengan hujan-hujan air dari atas kepalanya, dan tekanan-tekanan dan lemparan-lemparan yang kubuat dengannya. aku menyukai permata itu, tapi ketakutan untuk menjadi pengumpul permata yang membuat ku harus membuatnya disiram oleh segala jenis air dari atasnya, tanpa penyaring dari diri sendiri.
aku menunduk salut, dan biarkan air mataku tertampung di hitam mu.

aku hilang arah, hanya karena angka 3 (hari). sebaiknya mungkin aku menganggapmu sebagai seorang tanpa hari; seorang yang tak akan pernah hadir dalam hitungan hariku.
aku lemah, dan tak akan pernah bisa pernah berjanji.

aku ingin kembali ke hari-hari awal itu, keringat dan air mata bercampur satu karena diriku sendiri, bukan karena diri orang lain, bukan karena kamu.


biru dan hitam, percampuran yang sempurna, dan kamu-lah sang pembuat.
25 april 2006, 08:56 pm

not gold




we can just send e-mail, instantly, cheap and time efficient. rather, we look at the process of the news to come: choosing the cards, spend some time writing on the cards, bringing the cards to the post office, buying stamps and get them posted. we let the cards thrown, and the cards are flying.
yeah, we look at the process and the feeling when the cards are there in your mailbox. of course, we shall do emailing, chatting and other instant way of communication but we still love to see a process, and a stamp from the place you are settling in now.

its a letter with two postcards in it, said to be reminding me of having good friend there in your continent.
its good to be remembered, and to have some good words in the card for good friend you said.

shall we meet in your continent? i wish.



for all friends who always remember thus encouraging!
(send me not gold, but only postcard)
bangkok, 25 april 2006, 09:03 am.

Monday, April 24, 2006

pelajaran terberat

aku bisa membabat pria-pria berkumis dan berjenggot itu dalam hitungan enam puluh menit, karena waktu yang memang sebegitu menit. Tatapan yang biasa menjadi luar biasa, kurubah dalam waktu beberapa menit, setelah berbusa beberapa saat memperlihatkan atau merefresh begini caranya berfikir. Betapa kekuatan itu ada disana, begitu kuat dan begitu besar, mengalahkan dan melupakan ketakutan lima belas hari sebelum hari pertempuran itu ada. Hidup dan tidurku berhantu perjuangan itu, perjuangan dimana aku terlalu dini untuk diturunkan, begitu menurutku. Too early for such battles. Bagaikan memetik buah, aku bisa berguman you are only human, and I am a human being too maka aku bisa berbicara akan hal-hal yang aku pasti tahu, asalkan keyakinan itu ada didalam sini, di dalam hati (atau hal-hal yang ku tidur bersama-nya, selama kurang lebih lima belas hari berturut-turut).

aku bisa tersenyum dengan kerlingan mata, dengan gelas-gelas permata kecil yang melekat di kedua bulat coklatku, mengenang semua jalan-jalan kecil yang berair besar dan deras untuk sebuah ilmu pengetahuan dengan kantong kecil yang sangat ingin kugantikan dengan kantong besar yang baru dan mentereng, untuk sebuah modernisasi berbahasa dan untuk semua panen-panen pelajaran yang mungkin telah kulakukan dan akan terus kulakukan, as I always wish.
dan aku bisa tertidur puas diatas tinggi itu, dengan putihan-putihan yang seakan melayang diluar sana, membawa angan ke masa-masa putih dan hitam, gelap dan terang, dan berakhir dengan tutupan mata penuh dengan mimpi dan wishes, hirupan nafas yang dalam buat kehidupan diriku, dan kehidupan diluar sana, dengan senyum ke diri sendiri dan orang-orang yang senantiasa memberikan dukungan kecil, yang sangat berarti besar bagi panen-panen senyum dan panen-panen pelajaran dan hal-hal baru.

aku bisa dengan tenang menunggu perjalanan tinggi enam hari kedepan, membayangkan memeluk benda kecil perak ku yang setiap saat kukeluarkan buat semua momentum di tempat baru. Buat apa? buat anak-anak cucuku nanti, tua renta bercerita tentang perjalanan masa muda, dewasa, dan tua, yang selalu bernuansa muda; karena kubuat jiwaku menjadi muda dan selalu ber-roh kan muda.
aku bisa mengatakan kurang dan tidak untuk sebuat template pendidikan non formal yang kuanggap kurang tepat dan kurang berarah, yang dibuat dan dipakai selama bertahun-tahun di berbagai penjuru negeri sini dan negeri orang. aku tidur dengan semua teori-teori yang kupaksa masuk ke dalam kepala ku ini, makan dengan teori-teori itu, dan berhayal dalam bus ber AC dengan teori-teori itu; untuk menguatkan diriku dalam pertempuran-pertempuran, yang selalu kuharap kemenangan dan kepuasan, dan mengulangi kerlingan-kerlingan mata di perjalanan tinggi menuju pulang ke rumah, to home.

aku ternyata lemah. menunggu mu untuk besok pun telah membuatku membatu dengan semua teori-teori yang harus kumakan itu. aku kumpulkan semua kekuatan untuk berdiri sendiri selama lima belas hari, dan semuanya hilang, dan kembali ku terduduk tak berdaya setelah mendengar suara maaf mu.
'aku akan kembali friday, not tomorrow'
'saya tidak tahu, saya harus menandatangani beberapa memorandum of understanding buat bisnis keluarga'
'ingat, aku disekolahkan di sekolah bisnis mahal itu?'
'ini konsekuensinya'

plak!

aku ingin berada di tinggi itu: jauh dan lama bersama dengan putihan-putihan itu, diatas sana, jauh dan lama dan aku harus tidak rindu kamu.

dibawah pohon kuning, 24 April 2006, 05:52 pm.

Sunday, April 23, 2006

Asia = Eropa

Wanita gemuk namun sexy itu mengajak ku ke fitness kemaren. Ayo lah, saya punya satu invitation yang kamu bisa pake, disana semua fasilitas lengkap plus sauna dan lobby dengan tea-making facilities dan enjoyable sofas, which you will like. 'Kamu kan pegila teh'.
'Last time I went to gym was five years ago and I dont know whether good for me to go again or not'
'Well, okay, pick me up in front of the park 10 am'.
'See you dude'

Gym nya benar-benar megah. Di lantai paling puncak di salah satu super mall di city of Angel nya Asia (said to be), semua fasilitas gym yang tercanggih yang pernah kulihat ada disana. Screen buat monitoring pulse and our workout is already 'touch-system' dan once we are doing exercise, the screen nya berganti dengan monitor TV dengan saluran-saluran dunia yang anda maui. Weleh, weleh, weleh. Serasa naik Cathay Pacific rute Eropa-Asia.
Lobby dengan tea-making facilities nya juga perfect. Sofas-nya lebih enjoyable dari yang kubayangkan. Dan tea machine nya, top deh. I think in total I drank 20 cups of tea there in 5 hours in the gym.
Working out in a like-aquarium is also nice. I could see people walking on the mall and I could see people watching us, may be berkomentar seperti ini 'Wah, orang-orang sehat itu, look at the healthy people up there'.
Diantara workouts, ku menghela nafas di lobby itu. Tanpa janjian, aku bertemu dengan wanita gemuk namun sexy itu di lobby, tertawa melihatku datang dengan a yellow cup of tea ke sofa hijau gelap di sudut ruangan itu.

Kaget aku waktu ditanya 'Hey, tell me about your sex life, about your sex adventure'.
'Pardon me?'
'Tell me about your sex life, about your sex adventure'
'Oh..'
'Nothing special, I am still virgin'
'hohohoho. I dont believe'
'Well, only I know it, and its no for sale; thats for sure'
'so, how does it feel to have it with european girl?'
'hahaha, you are so funny madam, you have children and you ask me that question'
Wanita itu bercerai dengan suaminya, dan setiap workdays, anak-anaknya bersama dia, dan setiap weekend, anak-anak nya bersama dengan bekas suaminya.
'I never want to talk about my very personal life, like sex and of course religion, that is me'
'You are so religious muhy, I know it'
'Well, nobody can judge, only me and HE (I said it in my heart)'

'Wanna tell you something'
'Somebody asked me to go to the beach next week'
'Then?'
'asked me to go on friday night and come back to city on sunday evening'
'then?'
'I dont know to go or not'
'are you asking opinion?'
'I cant say anything, while continuesly reading page 56 of the green novel'
'Dia benar-benar mau saya pergi dan sebetulnya saya juga ingin tahu apa yang dia (perempuan) itu akan lakukan terhadapku'
'Perempuan? bukan laki-laki?'
'iya, dengan sederhana dan cueknya menjawab'
'Saya rasa nge-sex dengan sesama jenis lebih aman'
Dia lalu bercerita satu pengalamannya dengan seorang (sesama) perempuan.
'Astagfirullahuladziim'

'But I will think, I think I am excited'
'And what about you, so are so closed about that thing (yang lain juga mengatakan hal yang sama'
'I have dignity, dalam hati kumenjawab'
'You are so sweet (after giving her a smile meaning no, I dont like to be asked that question'
'Aku harus spa sekarang'
'Thanks, I really enjoy the gym'

Aku tak bisa lagi melanjutkan bacaan di page 57 itu. Pikiranku menerawang. Sudah gila dunia ini, hal-hal seperti yang tadi dibicarakan sudah sangat biasa bagi dia dan bagi sebagian banyak orang (bukan kali pertama saya di bawa ke pembicaraan tentang sex sesama jenis). Dia punya anak, cerai, membesarkan anaknya, dan sekarang bermain cinta dengan sesama perempuan. Dunia ini gila.
Akupun memikirkan tentang cerita teman-teman pria nya yang suka dengan sesama pria.
'Aku ada di Asia dan pembicaraan ini kupikir cuma ada di Eropa atau di Amerika atau di negara-negara jauh disana'.
Mungkin aku pura-pura bego saja, pura-pura tidak tahu. Aku kan bukan anak kemaren sore, not a yesterday-afternoon boy.

Aku lalu membanding-bandingkan fasilitas di Eropa dan Asia, semuanya sama. Karena fasilitas sama sehingga semuanya pun harus sama? Lalu kapan kita akan memakai kata 'identitas' atau identity?
Emangnya identitas Asia seperti apa? identitas Eropa seperti apa? identitas Amerika seperti apa? Asia identik dengan siri, malu-malu? dan benua-benua 'maju' identik dengan sex bebas dan sex dengan segala jenis?
mmm. takut berkomentar, hanya terpikir saja. Aku tak akan pernah mengeneralisasi, kembali lagi ke orang-nya. Orang Asia, orang Eropa, orang Amerika, orang Afrika, semua sama saja. Bedanya hanya di 'rasa' saja dan tiap orang punya cita rasa yang beda-beda. Hehehe, maksudnya apa?

Eh iya, jadi ingat ingin ke Afrika. Someday yah, wait me there, hang on in there, baby!

Mataku lebih terbuka lagi, dan aku harus berhati-hati melangkah.
23 April 2006, 11:22 pagi.

Wednesday, April 19, 2006

hampir sempurna

sahabat sayangku itu datang dengan dua pesan singkat.
'dia hampir sempurna'.
'kencan kemaren sangat cool, hampir sempurna. tapi saya tidak tahu apa bisa deal dengan situasi bahwa dia memiliki seorang anak berumur tujuh tahun, saya rindu kamu'.

aku membalas sederhana 'hahaha..saya asli ketawa'. lupa menambahkan bahwa kamu akan mendapatkan yang pas, atau apa salahnya dengan status dia yang sudah beranak tujuh tahun? 'kamu bisa menjadi orang tua instant, nikmati pantai itu, jaga diri kamu dan saya pun rindu kamu'.

sekarang kamu lihat, tidak akan ada yang sempurna, penolakan-mu terhadap ku (benar penolakan?) juga karena aku memiliki sesuatu yang tak bisa kamu masuki, atau yang tak bisa kamu rombak, dan karena kamu memiliki sesuatu yang aku pun tak bisa rombak (kecuali kita hidup di dunia baru yang tak seorang pun mengenal diri kita berdua, dengan identitas baru). tidak akan ada yang sempurna, terutama jika melihat kasta dan klan mu, sama dengan definisi klan dan kasta versi diriku, yang kamu definisikan di setiap makan malam kita berdua, di warung tenda pinggir jalan, di rumah makan buat para pelajar ataupun di cafe sangat mahal 'taman hijau' di tengah gemerlap kota, dengan cahaya lampu redup berwarna perak ditemani semburan angin kota di tengah malam.

pulanglah cepat, karena saya ingin melihat wajahmu, memeluk dirimu di tengah kerumunan dan bercerita tentang diri kita, tentang kencan hampir sempurna mu itu (aku sedih dan bahagia dengan itu), dan tentang hidup kita di dunia ini, dan dengan bisik 'saya rindu kamu', 'saya juga', di antara percakapan-percakapan itu.

sama-sama kita saling mencintai, saling bersembunyi, dan saling mencari jalan keluar (yang tak akan pernah ada) dan tak ada yang tahu kecuali kita berdua dan malam-malam yang telah dan akan kita lalui.

saya rindu kamu.


dengan disertai angin bangkok, 19 april 2006, 10:30 am.

because

i want us to be together not because we have to,
but because we want to.


shiny (with hope) bangkok, 19 april 2006, 09:56 am

Tuesday, April 18, 2006

what about?

my just waking up because of the splashing water brings me to the nights spent in the water some meters beneath the surface water, looking peacefully at the colorful flying creatures beneath the surface water, not being able to be penetrated by the surface light directing the water and its beneath. the strong step we made and the tears we had brings me to the water played those nights and to the mix feeling we shared: joy and only joy. your saying no to the water injects the water in my fingers to compose all the connections of the two different world: forgetting and remembering, and erasing and rewinding.

Like forgetting all the nights and all the sweat helping satisfy each other, like forgetting the erasing and rewinding that we played, the 'what about' was finally there, clearly spoken with playing-with-water imagination, forgetting all the steps in the shallow water that we never made, unfortunately. never yes, always no, but we walked to the 'no' for some time, until this moment.

no; one should say no to the 'what about no? and to the 'what about no more?'. because 'no' really works at this moment, with its power of curing eventhough it is more to hurt than to cure, and it is more temoparary than more long lasting.

you should thank me for the no, believe me.
no bangkok, no!, 18 april 2006, 04:11 pm. i am living a fake!

Sunday, April 16, 2006

Ratchaburi Floating Market




The Damnoen Saduak Floating Market is the most popular floating market in Thailand, located at Damnoen Saduak District, Ratchaburi Province, about 85 kms from Bangkok. According to history around 1866 King Rama IV ordered that a 32 kms long canal be dug at Damnoen Saduak. This canal would connect the Mae Klong River with the Tacheen River.

The excellent quality soil beside the canal is very fertile and suitable for growing many kinds of fruits and vegetables. The area is famous for Malacca grape, Chinese grapefruit, mangoes, bananas, and coconut.

The Damnoen Saduak Floating Market is a very attractive place for tourists to see the old style and traditional way of selling and buying fruits, vegetables, etc., from small boats. Tourists will also see traditional Thai houses, the way they live and travel by boats, and please try riding on a small boat to experience the floating market and to see more.

I had This worthwhile trip on 13 April 2006 and more pictures are here to see.

Ayutthaya




Phranakhon Si Ayutthaya or Krung Si Ayutthaya or Ayutthaya in short, used to be the capital of Thailand for 417 years. The city was founded by King Rama I (King U – Thong) on April 3, 1350 and ruled by 33 monarchs until 1767.

After being destroyed in 1767, the city of Ayutthaya was in bad disarray. It was so severely burned and unsuitable to be the capital any longer. However, Ayutthaya was not abandoned because it was a fertile plain and prosperous for growing rice. Ayutthaya was also the economic and transport center in the region. Around 60 years later, Ayutthaya became a crowded and civilized city. Nowadays, Ayutthaya is the center of the upper - central part of Thailand.

Due to the continuing glories of Ayutthaya for many reigns , there are a number of historical sites which have been noted to be the land of history, arts and cultures, traditions and customs, varieties of knowledge and local wisdom which represent Thailand until now. Ayutthaya is the spiritual center for Thai people to recognize ancestors. On December 13, 1991 UNESCO had declared Ayutthaya Historical Park to be a World Heritage Site at Cartage, Tunisia.

In the complex, elephant attraction can also be found. It surprised me how the people there can teach the elephants to behave and even give sign of thanking people visiting them and how they earn life from those giant animals. At first, I was a bit scared to hold the 2-year elephant with its rare strong hair but finally I had the courage, for the shake of a photo.




Ayutthaya is a must visit in Thailand, more photos are here to click.


and the past in any case should always be here with us.
Greater Bangkok, 02:06 pm.

Tuesday, April 11, 2006

message of the day

+thanks
+i will miss you too
+im just holding back


blue and black bangkok. 02:31 pm.

Monday, April 10, 2006

Bangkok 1998




I am 7 years late coming to Bangkok! I am living in the surrounding of Thammasat University where the 1998 Asian Games took place. My 'palace' is indeed right in front of the Asian Games complex, hence everyday I can still feel the glory of the event by passing the complex. One of my dreams is to be in the crowd of people crazy for sport event, like Asian Games and of course Olympics (and Winter Olympics). Quickly after realizing that I live just in front of the AG complex, the plan was directly there in my mind to have a tour in the sport complex.

To feel the glory is only to click this glory link. Enjoy the glory!


Monday Morning Glory, 10 April 2006, 10:03 AM.
Thank you for the weekend glory!

Sunday, April 09, 2006

the frame

Have I looked back on the so many pictures which bring all the feeling into one end: sadness, sorry and grief? The so many faces in one frame change the ego for only some time and there are many other pictures thereafter, change and still create grief at the very end of the line, the line connecting nodes containing pictures in each dots of node.
Never be success, as I can only change the pictures, but the frame remains the same.

Am I to change the frame?
Na Mho Tho Bangkok, 09 April 2006, 08.18 AM.

Friday, April 07, 2006

minder

Aku tak akan mungkin sanggup masuk ke dalam dunia mu. Tak akan pernah aku merasa bangga dengan dunia dari generasi sebelummu, penuh gemerlap dengan dunia berpuluh puluh lantai diatas tanah dan lahan yang penuh dengan berbagai angka kosong di mata uang baht itu.
Aku tak akan pernah menyesali keringat-keringat siang itu, sesalan-sesalan dan semua ancaman-ancaman yang aku dan kamu buat di tengah siang itu, didalam gelap nya ruangan empat kali empat meter itu, berakhir dengan kata shit dan ciuman kecil di bibir merahmu.
Aku tak akan pernah bisa mengganti masa lalu ku, di kompleks yang kebanjiran tiap tahunnya di daerah sana, dan tak akan pernah menggugat jumlah pegawai bisnis generasi mu yang sukses itu, dan mampu mu membayar tujuh angka nol di mata uang rupiah untuk tiga puluh malam di lantai duapuluhan itu, setengah dari semua jumlah bangunan di tengah kota besar ini dengan gemerlap lampu lampu kota ini terus bersinar sepanjang malam. Mahkotaku yang kubanggakan ternyata hanya sebuah shit dari semua ruangan ini, dan aungan suara-suara mobil itu bagaikan neraka dimalam hari buat mu, dan dinginnya malam itu di istanaku hanya sebuah batu es yang kecil yang tak berbanding dengan dinginnya saljumu di puncak menara itu.


ayo sudahi hidup kita di dunia yang berbeda dan meludah keras dari tempat yang tinggi ini.

aku tinggi di lantai dua puluh delapanmu, dan minder.
Cuih, 7 April, 2006, 00.53 am.

Wednesday, April 05, 2006

salah

aku akan terus mengenang hangat air mata mu di jari-jariku. rasionale-rasionale yang kamu berikan kepadaku: bahwa lebih baik menghentikan segalanya sebelum kita berdua jatuh dan takluk dengan norma-norma ku dan norma-norma indonesiaku, dan ketakukan untuk masuk ke dalam jiwa ku terlalu dalam, sehingga tak bisa keluar sama sekali, melekat sampai waktu yang tak bisa kita definisikan, mengenang daya-mu menaklukkan ego-ego mu untuk menghabiskan waktu dengan ku, membiarkan orang bermain dengan pikiran-pikiran aneh terhadap kamu ke aku dan pulang ke bukan rumahmu ditengah kerumunan orang-orang itu. Aku kagum dengan keras tulangmu, sekeras hatimu untuk megatakan sudah buat semuanya, buat sebuah lembut hati di masa depan. Tetesan-tetesan itu masih akan ada terus disana, dan akan terus kukenang.

kamu bilang merasakan cinta, aku punya cinta kepadamu, tapi antara bahagia, semangat dan sakit yang muncul silih berganti. kamu dengan lugasnya bilang: kita akan sakit. iya, karena norma-norma indonesiaku kan? karena beberapa hal yang sama sekali tak bisa dirombak oleh kita. Bisa, tapi kita akan menjadi gila setelahnya, karena kamu masih punya norma-norma dibelakang dirimu, dan akupun masih diikat dan akan selalu diikat dengan aturan-aturan ku. dan mimpi-mimpi kita adalah mimpi-mimpi yang semu, tak kekal dan tak ada jalan buat tiba di ujung mimpi itu: tertawa bahagia di pagi hari, sore hari dan menunggu anak-anak kita pulang sambil bercerita tentang pantai itu, tentang gedung itu, tentang malam itu, dingin malam yang kita kalahkan dengan tawa-tawa kecil, dengan cucuran air mata setelahnya, dengan pelukan hangat dan hangat nafasmu yang membuat kita terlelap, tidur, mimpi dan bangun dengan dunia kita.

aku sendiri tak akan menyalahkan temporal atau geography, atau moment ataupun rasa yang ada dari dalam organ-organ kita. hubungan antara organ dan otak ini yang aneh, dan entah kapan aku bisa menyelaraskan keduanya; mungkin tak akan bisa karena norma-norma indonesia ku dan mimpi-mimpi mu dan orang tuamu dari tempat ibadah mu itu. harus, tapi beri kita waktu beberapa saat untuk bisa mengalahkan kesalahan ini, dan bisa menerima bahwa sekali lagi kita jatuh ke lubang yang salah, yang tak bisa kita tutup di waktu ini. aku melihat kamu mengambil benda kecil mu itu, dan menggerakkan jari-jari mu untuk beberapa harapan dari dalam hatimu. aku ingat tangisan pendek kamu buat aku, tangisan yang berarti dalam katamu, dan pertama kali nya kamu rasakan. aku pun masih mengingat teriakanmu yang berarti tangisan, tangisan yang tak bisa membuatmu menahan rasamu ke aku, rasamu ke saya.

mungkin suatu saat aku akan menyesal merasakan cinta ini, tapi tidak untuk sekarang, karena kekuatanku untuk terus membuatmu tertawa masih terus menyisakan beberapa tetes air mata dan air mata dan mata itu masih terus terasa hangat di ujung jariku.

buat semua malam-malam kita dan semua tangisan dan tawa kita. akupun tak ingin menghapusnya, tapi jalan kita akan menemui tembok besar dan panjang. kita jalan di tempat saja, membuat rumah temporer untuk kita berdua, rumah dimana aku bisa melihat matamu dan merasakan hangat nya tatapan matamu, yang selalu terlihat seperti i dont care, but you do inside.

sore ini aku mengingat dirimu, norma-norma dan berbagai macam aturan dalam hidupku, dalam hidupmu.
tak mudah, tapi kita masih tetap bernafas dalam udara yang sama, meskipun sebenarnya berbeda.


senja di ujung bangkok, 05 april 2006, 05:25 pm.

air mata

katamu, tak mudah untuk mengeluarkan air mata, susah dan berat.
kamu tidak punya hati, seperti seorang komunis (emang begitu?) dan tidak akan pernah membuka hati untuk siapapun, meninggikan egomu yang memang sudah tinggi.

katamu, tak seorangpun yang akan melihat linangan air mata itu, hanya tetes-tetes kecil dan raungan protes yang keras, bahwa kamu tidak bisa mengekspresikan apapun dalam bentuk air mata.
katamu, kamu ingin bisa menangis dengan keras untuk mengeluarkan segalanya, ingin bisa menulis dalam sebuah diari indah, atau menerawang jauh sambil mengingat semuanya dengan jatuhan-jatuhan air mata, tapi kamu tak bisa, kamu telah beku dan tertutup buat itu, so rigid!

katamu, tak ingin sakit karena terlalu jauh melangkah mendekatiku, meski harapan akan linangan-linangan itu masih terus ada. kamu tak bisa menangis, tapi ku telah menangkap tetesan-tetesan itu yang berarti linangan air mata, deras meskipun tak ada menurutmu, nothing!

katamu, ingin menjadi seperti tegarnya dan lugasnya aku (kamu tidak tahu saya, dan tak akan pernah tahu) dan ingin memiliki beberapa kepribadian yang bisa membuka, dan mengeluarkan (apa?), dan menikmati semua kesedihan-kesedihan, kesenangan-kesenangan dan semua cerita hidup dengaan tetesan-tetesan air mata dan tawa-tawa yang membahagiakan, meskipun berujung dengan sebuah kesendirian di tengah gelap nya kamar, menangis dan mengeluarkan air mata, as you wish.


bisikku, menangislah seperti semalam di pelukanku, dan aku menangis melihat tetesan air mata mu,
dan pagi ini aku mengingat air mata-mu yang sedikit itu.


buat sahabatku yang lesbian, you showed me love!
bangkok, 05 april 2006, 09:01 am.

Tuesday, April 04, 2006

where am I?

I walked to the bus station and in front of me was a group of workers heading for office I believe, talking in Japanese language, with some bent while walking. Then I was sure they were japanese.
As they walked very slowly, I walked over them and reached the bus station earlier than them. There, stood a couple of young people (they must be student) talking in English: the woman was with strong Thai English and the man was with Middle East English. They sometimes kissed and hugged each other. Wow, envy you!
After sometime, their friends came and greeted each other. This lady spoke English very well and only after saying that she met her ex boyfriend in her hometown in Singapore, I found out that she was a singaporean. They continued talking, talking and laughing. The couple were still sometime kisssing and hugging. I envy you!

The bus number 29 came as we all rushed to it. Air Conditioned one, the man with Middle East English said. he must be new in here. Surprisingly, the bus was already full with people, not like usual. More surprisingly, there were a lot of Europeans and Americans in the bus. Listening to what they talked about, they were a group of young researchers visiting this country. I could catch some dutch words (like aljstublieft), spanish accent (like ja ja ja), deutche (spelling?) and some french melodies. They did not really talk about science in the bus, but more about Barcelona, Athens, Red Light, Skying in Switzerland, Berlin, Washington and George Bush!
Adding to that, the strong New York accent was there too, plus british English. I wondered why they were here. About twenty minutes only listening to them secretly (why did I have to?), I reached my destination. I was with short and t'shirt plus three bags so quite different from the others who were in the working outfit or a seminar outfit.
Khap khun krap, I said to the driver and jumped from the bus.

It was still about 7.20 am in the morning when I reached the swimming pool. Walking to the pool, I met a woman just finished changing and ready for work. She was talking in her mobile phone in a language I could not catch. I think she spoke Russian, but at the end she said Ciao Ciao, the Italian words, or may be Russian words yet I dont know.
Sawasdee khrap, the guard greeted me and said some more words in Thai, which I believe that he asked me to fill the registration. I am not coming here for the first time, I said inside.
there was an old lady talking in her mobile phone in Spanish while warming up a little bit, next to the chair I chose to put all my stuffs.

Arriving on the 1st floor of the building (my office is on the 2nd), I met some foreigners, but they were not from the English speaking country as I could catch. I was sweat a lot when entering the left wing of the office and there were three Thai ladies there, greeted me and said some words in Thai and English.
I went to my work station and already there was a french guy talking in french. After sometime, my co-mate came and directly hang up the phone and talked in India language, very strong. I went to the pantry for a tea and I heard some tagalog words from my colleague. As I walked back, I met a Sri Lankan greeting me in his accent, met an Australian with a strong spelling of Good Morning young man (am I still young?).
Back sitting on my station, I got a call from a guy with strong middle east accent of English. Then, a colleague with very good English (british) came and asked me about my middle finger which made trouble when we were in Bangladesh last week. I greeted him with a bangladeshi style: adding BAI (spelling) after his name. So, muhybai, instead of muhy, a polite way of calling people.

After some time, I was silent for some moments, I have seen and met many people with different English and language this morning, in just a few hours. I was lost for sometime, forgot that I am in Thailand (sometimes it happens, doesnt it?) and asked myself: where was I actually?



This is a perfect day: woke up in the morning, swam 30 minutes, breakfast, chatted with my newly wed friend, and thought about some things which I should not think. I need a filter in my brain, I guess. But how?


At a corner in the corner of Bangkok, 04 April 2006.
I love life.