Wednesday, April 05, 2006

salah

aku akan terus mengenang hangat air mata mu di jari-jariku. rasionale-rasionale yang kamu berikan kepadaku: bahwa lebih baik menghentikan segalanya sebelum kita berdua jatuh dan takluk dengan norma-norma ku dan norma-norma indonesiaku, dan ketakukan untuk masuk ke dalam jiwa ku terlalu dalam, sehingga tak bisa keluar sama sekali, melekat sampai waktu yang tak bisa kita definisikan, mengenang daya-mu menaklukkan ego-ego mu untuk menghabiskan waktu dengan ku, membiarkan orang bermain dengan pikiran-pikiran aneh terhadap kamu ke aku dan pulang ke bukan rumahmu ditengah kerumunan orang-orang itu. Aku kagum dengan keras tulangmu, sekeras hatimu untuk megatakan sudah buat semuanya, buat sebuah lembut hati di masa depan. Tetesan-tetesan itu masih akan ada terus disana, dan akan terus kukenang.

kamu bilang merasakan cinta, aku punya cinta kepadamu, tapi antara bahagia, semangat dan sakit yang muncul silih berganti. kamu dengan lugasnya bilang: kita akan sakit. iya, karena norma-norma indonesiaku kan? karena beberapa hal yang sama sekali tak bisa dirombak oleh kita. Bisa, tapi kita akan menjadi gila setelahnya, karena kamu masih punya norma-norma dibelakang dirimu, dan akupun masih diikat dan akan selalu diikat dengan aturan-aturan ku. dan mimpi-mimpi kita adalah mimpi-mimpi yang semu, tak kekal dan tak ada jalan buat tiba di ujung mimpi itu: tertawa bahagia di pagi hari, sore hari dan menunggu anak-anak kita pulang sambil bercerita tentang pantai itu, tentang gedung itu, tentang malam itu, dingin malam yang kita kalahkan dengan tawa-tawa kecil, dengan cucuran air mata setelahnya, dengan pelukan hangat dan hangat nafasmu yang membuat kita terlelap, tidur, mimpi dan bangun dengan dunia kita.

aku sendiri tak akan menyalahkan temporal atau geography, atau moment ataupun rasa yang ada dari dalam organ-organ kita. hubungan antara organ dan otak ini yang aneh, dan entah kapan aku bisa menyelaraskan keduanya; mungkin tak akan bisa karena norma-norma indonesia ku dan mimpi-mimpi mu dan orang tuamu dari tempat ibadah mu itu. harus, tapi beri kita waktu beberapa saat untuk bisa mengalahkan kesalahan ini, dan bisa menerima bahwa sekali lagi kita jatuh ke lubang yang salah, yang tak bisa kita tutup di waktu ini. aku melihat kamu mengambil benda kecil mu itu, dan menggerakkan jari-jari mu untuk beberapa harapan dari dalam hatimu. aku ingat tangisan pendek kamu buat aku, tangisan yang berarti dalam katamu, dan pertama kali nya kamu rasakan. aku pun masih mengingat teriakanmu yang berarti tangisan, tangisan yang tak bisa membuatmu menahan rasamu ke aku, rasamu ke saya.

mungkin suatu saat aku akan menyesal merasakan cinta ini, tapi tidak untuk sekarang, karena kekuatanku untuk terus membuatmu tertawa masih terus menyisakan beberapa tetes air mata dan air mata dan mata itu masih terus terasa hangat di ujung jariku.

buat semua malam-malam kita dan semua tangisan dan tawa kita. akupun tak ingin menghapusnya, tapi jalan kita akan menemui tembok besar dan panjang. kita jalan di tempat saja, membuat rumah temporer untuk kita berdua, rumah dimana aku bisa melihat matamu dan merasakan hangat nya tatapan matamu, yang selalu terlihat seperti i dont care, but you do inside.

sore ini aku mengingat dirimu, norma-norma dan berbagai macam aturan dalam hidupku, dalam hidupmu.
tak mudah, tapi kita masih tetap bernafas dalam udara yang sama, meskipun sebenarnya berbeda.


senja di ujung bangkok, 05 april 2006, 05:25 pm.

2 Comments:

Blogger ana said...

begitulah kl yg satu doyan makan pete ma jengkol & yg lain demen ngunyah keju blanda pesing itu....mo ciuman gak jadi2...sama2 nafas tapi baunya gak nguatiiiinnn....gak ada yg salah sih...abis gimana? selera...hihiihiii...

11:13 PM

 
Anonymous Anonymous said...

lansungmi... ededeeee...

9:51 AM

 

Post a Comment

<< Home