Friday, March 25, 2005

Depan

Minggu ini, jumat ini..

jumat ini ada disini,
jumat depan ada dimana?
jumat depannya lagi ada dimana?
jumat depan depannya lagi ada dimana?
depan depan dan depan, ada dimana?
depan, depan, depan dan depan, ada dimana?



meninggalkan rumah buat rumah? rumah sebenarnya rumah, yang mana? seperti puzzle,
seperti kepingan-kepingan puzzle yang harus disusun, dan akhirnya juga berdiri tegak, kokoh, bagus berisi segala hal yang ada dipikiran kita.. hanya membawa dari satu tempat ke tempat lain dengan mudahnya... demikian mudah sehingga akan mudah pula untuk ditinggalkan.. biarkan dia hancur? siapa peduli... bahkan tak mau kutengok lagi ke belakang rumah itu, karena hasilnya akan membuat tertawa sipit kecil dan perih...

Kembali ke rumah meninggalkan rumah? rumah sebenarnya rumah, yang mana? seperti ular-ular kecil, bermain di pasir-pasir sungai (dimimpiku kutemui itu semalam), berjalan menyusuri semak-semak kecil dan besar, dan menjadi malu bertemu makhluk yang lain, ular yang lain... atau dengan sombongnya menaikkan muka kedepan, atas...
begitu liar untuk sampai ke rumah, namun akhirnya akan harus kembali, karena matahari itu begitu panas buat ular-ular..

kembali ke rumah meninggalkan rumah? rumah sebenarnya rumah, yang mana?
isi rumah sebenarnya yang mana? berdarah itu cuman awal kebersamaan saja, bukan? dan proses selanjutnya yang bermain, mau tetap berdarah.. atau menghapus darah itu menjadi kering, terbuka, dan menganga. Darah darah itu kering cepat, dan ada yang masih mengalir dengan membawa-bawa unsur-unsur hidup...

kembali ke rumah meninggalkan rumah? rumah sebenarnya rumah, yang mana? tengok saja kedepan rumah itu, ada apa disana, hanya beberapa warna monoton. Hijau, coklat, dan pagar dan tanpa pagar. Tidak pernah sombong membuka pagar besar dengan remote control dan keluar meluncur dengan harum dan harum dari lipatan halus kain halus. Keluar dengan bau dan lipatan yang hampir tidak berlipat...

kembali ke rumah meninggalkan rumah? rumah sebenarnya rumah, yang mana? kutengok suara-suara malam dari dentingan hirupan air panas... betahku di rumah yang sebenar-benarnya rumah, yang mana? kubuka dunia dengan tangan kecil bermimpi banyak.
alur-alur nya masih terlihat jelas dan terang disana, namun terasa sulit untuk mengikuti jalur-jalur terang dan terang disana...

kembali ke rumah meninggalkan rumah? rumah sebenarnya rumah, yang mana? akhirnya perkara memindahkan pikiran, barang, dan jasa saja... rumah, tidak akan ada yang sebenar-benarnya rumah. Sepuluh tahunan lebih kamu bergelut mencari rumah yang sebenar-benarnya rumah, bukan? tidak hanya sepetak tanah dengan bangunan kokoh diatas... Bukan tanah itu yang rumah, bukan?
aspal pun rumah.... bergerak...

kembali ke rumah meninggalkan rumah? rumah sebenarnya rumah, yang mana? beratus-ratus orang kamu tanya.. semua menjawab sama.. namun bukan itu jawabannya.

kembali ke rumah meninggalkan rumah? rumah sebenarnya rumah, yang mana?



rumah bornsesteeg 1, 10C-10.
kuingat rumah boulevard, oliemolensingel, beltstraat, sini, sana, sana, sini...
rumah yang sebenarnya rumah, yang mana?

1 Comments:

Blogger ana said...

baru saja aku ingat rumah orang tuaku setelahnya tiba-tiba aku ingin membuka blog kamu. Kamu dan Rizki telah membuat saya menangis dalam arti yang sebenarnya dengan mengingat "Rumah". Sebuah bangunan yang tidak aku punya dalam arti fisik, tapi aku punya dalam hatiku ketika aku berkata "aku pulang ke rumah" dan aku tahu kemana aku harus menuju.

10:14 PM

 

Post a Comment

<< Home