iya, kamu merasukiku semalam suntuk, menyentuh seluruh raga dan membiarkanku menikmati bau-mu yang tidak asli. aku bangun, dan aku harus menunggu beberapa hari untuk sesuatu yang tidak pasti.
iya, aku mendapatkan semangat dari jadwal yang kamu kirim, serasa kita berada dalam dua benua jauh yang berbeda.

tadi malam aku melihat kamu berdiri di kejauhan, memandangku menggali-gali sisa-sisa letusan itu. senyuman dan mata mu yang sipit karena terik matahari seakan melemahkan abu dan debu vulkanik paleogen itu, dan menguatkan kekuatan-kekuatan holosen itu, dari aku.
iya, aku akan menemui mu dalam beberapa ratus jam ini, tapi oh. mungkin aku salah, mungkin kamu tidak menghendaki penggalian-penggalian ku, tidak ingin aku menemukan dunia yang lama itu untuk kamu, dunia lama kamu juga.

ayo lah, kita gali sisa letusan itu bersama-sama, dan biarkan aku menikmati melihat tubuhmu yang putih itu dibaluti dengan keringat, dan ku kan menggantinya dengan cairan-cairan cinta (inikah cinta?), lalu tertawa bersama buat sebuah penggalian yang telah kita lakukan. kamu yang memulai penggalian itu, kan?

kita menggali saja, terus menggali sampai kita menemukan dunia lama itu, dunia lama yang mungkin ingin kita tinggalkan tapi tetap kita nikmati, karena dunia kita sekarang adalah dunia menggali, menggali sisa-sisa letusan gunung api itu, dan letusan-letusan malam yang kita pernah buat.

aku disini menantimu, menggali dan terus menggali, dan berharap menemukan kamu dalam beberapa lubang itu. dan aku kan sejenak melupakan paleogen, meosen, eosen dan holosen-holosen ku, dipagi ini khusus buat kamu.


kamu sedang menggeluti geologi, dan kamu tidak sadar.
kamu ngerti paleogen kan?


holosen di pathumthani, 07:45 am.