Thursday, May 18, 2006

akumulasi awal

lambaian tangan ku itu masih terlihat jelas dibawah sinaran lampu jalan utama yang ramai itu di kota ini. Jatuhan-jatuhan air dari atas malah menambah kekuatan untuk mengubah tangisan-tangisan sore menjadi tawa-tawa kecil di malam hari. Aku menertawakan sifat pelupa mu di tengah malam itu, tertawa melihat compatibility yang kita bisa masukkan kedalamnya satu sama lain; kamu tahu aku, bukan?
kita tertawa dan saling memandang satu sama lain, puas dengan sepiring kari kepiting yang kita berdua habiskan dengan keringat dan tawa-tawa kecil, sama dengan aliran-aliran keringat yang kita buat di malam-malam itu, lari kecil dan tersenyum kecil buat sebuah kepenatan.
'aku ingin menunjukkan ke dunia kalau aku memiliki kamu'
'tapi sepertinya tidak mungkin, paman ku yang totok itu pasti akan mengutukku sebagai sebuah generasi yang tak pantas dilahirkan dua puluh enam tahun yang lalu'
'kita tunjukkan saja ke orang-orang yang sedang duduk di restoran itu, ke orang-orang yang sedang menunggu redanya hujan'
'kamu mau?'
'bukannya kamu orang indonesia? melakukannya di depan umum, bukannya?'
'kalau kamu berani'
'serius?'
'ayo, tunjukkan ke orang-orang itu'

aku tak akan berharap dengan hal seperti itu, seperti dalam lagu yang sering kita dengarkan di tempat mewah itu, crazy things that (i) we do.
aku tersenyum kecil dengan mulut terbuka, percaya akan hal kecil yang aku ajari, yang menurutmu telah kamu pahami: dos and donts.
'aku tak ingin bersembunyi, capek'
'aku ingin menunjukkan ke klan ku yang membuat kota sendiri dalam kota ini'
'aku ingin lari'.

seyuman kecil mu itu menghapus semua kenangan buruk di depan pintu nomer 181 mu.
aku ingat raut wajahmu yang kau perlihatkan kepadaku, panik.
'aku lupa kunci apartemen ku di kantor'
'hehehe'
'kamu kenapa tenang?'
'aku suka prosesnya'
'lalu gimana?'
'yah, balik ke chiangrak, tak ada jalan lagi'
'tapi aku gengsi, mungkin gengsi'

sepertinya destiny membawa kita untuk bersama-sama dalam beberapa jam itu.

kamu memanggilku dengan mata kecilmu, menarik tanganku dan memegang rambutku yang cepak.
'tidak apa-apa, saya cuman tak ingin bersembunyi lagi'
'aku benci klan ku'
'aku suka klan mu'
'karena kamu berasal dari klan mu'
'aku suka indonesia'
'kamu mau tinggal di indonesia?'
'aku mungkin nanti harus meneruskan bisnis keluarga ku'

kamu melihat dalam ke hitam kulitku, membingungkan diri sendiri dengan hal-hal yang seharusnya kita hadapi, bukan lari.
'aku ingin menyewa interpreter dan membayarnya semua buat tulisan-tulisanmu'
'gak semua orang bisa melakukannya'

aku melihatmu berjalan menjauhiku, dengan sempoyongan dan bayangan malam-malam yang telah kita lalui. entah kapan kita akan berada dalam episode yang sama.
'kamu mau pesan apa dari jerman? kakakku akan datang besok lusa'
'sampai awal bulan depan'
'aku mungkin akan berkonsentrasi dengan dia'
'kamu tidak boleh kesini, ingat dia totok juga dengan klan ku?'
'dia akan membunuhku dan mengungkit-ngungkit semua jasa keluarga yang telah menyekolahkanku di sekolah bisnis termahal di negara sana'
'aku sekolah di sekolah murah, btw'

dan aku melihatmu di siang ini, lewat layar kecil. entahlah, mungkin untuk beberapa ratus jam kedepan, di akumulasikan di awal.

aku rindu kamu.
bangkok, 18 mei 2006, 06:19 pm.

2 Comments:

Blogger ime' said...

heheheh... kenangan manis dan indah memang selalu diingat ;)

right ;)

enjoy those moments while you can ;)

9:22 AM

 
Anonymous Anonymous said...

penasarannnnn!!!! org jerman to?

6:27 PM

 

Post a Comment

<< Home