Sunday, May 07, 2006

benaman bulat

Aku akan bisa membedakan suara ombak dan suara angin itu andai bisikan-bisikan mu di malam-malam itu tak berada di kedua sisi telingaku. Aku akan bisa merasakan bau air garam itu di kulit ku, jikalau bau zat-zat kimia yang melekat di tubuhmu tak berada di hidungku ini, selalu. Aku akan bisa melihat jauh kedepan pantai itu, jauh di tengah-tengah merahnya bulatan benaman matahari itu, jika lonjong wajahmu, kecil matamu dan putih kulitmu itu tidak menghalangi pandangan mataku, meskipun secara absurd.

Aku membawa bayangan dirimu di selatan benua ini, dan mengharapkan diriku kembali berada di gemerlapnya malam berbintang itu di tinggi bangunan mewahmu itu, melihatmu berfikir tentang hidupmu dan sedikit komponen tentang hidupku atau hidup kita. Aku menyerah dengan gengsi-gengsi dan dengan waktu-waktu yang tak sanggup aku bunuh untuk bisa membedakan suara ombak dan angin, untuk bisa merasakan bau air garam di kulitku dan untuk bisa melihat jauh kedepan pantai itu, jauh ditengah-tengah merahnya bulatan benaman matahari itu. Seperti lonjongan putih di tengah bulatan merah kuning di tengah pergantian sore itu, senyum yang tak bisa ku deskripsikan itu selalu ada di setiap warna bulatan itu, bulatan sinar yang selalu menyinari hari-hari, membunuh malam-malam dan merasakan indahnya petang di bawah benamannya.

Aku melihatmu di sunset ini.
Pantai selatan Sri Lanka, 03 Mei 2006, 07:27 pm.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home