Wednesday, June 07, 2006

tapak kaki dalam pasir

Aku harus sadar dengan semua jalan yang telah tertempuh, sadar dengan semua bekas-bekas tapak kaki yang telah tertanam dalam pasir itu, dalam tumpukan-tumpukan pasir yang rata yang mudah terhapus oleh angin dan air. Tak akan pernah bisa aku kembali ke tapak-tapak yang belum terhapus oleh angin dan air itu dan membelokkan langkah-langkah kaki ke kiri, atau ke kanan, atau kembali ke belakang membentuk pola-pola tapak kaki yang sama dengan arah yang hampir sama namun berbalik arah. Aku harus kembali sadar seperti pola sadar yang aku miliki lima belas atau tiga belas tahun yang lalu, berjuang dengan menundukkan kepala karena rasa kecil yang tak pernah bisa menjadi besar. dulu, dulu sekali.

Aku berjuang menundukkan kepala dengan rasa yang kecil diantara rasa-rasa yang lebih kecil dan jauh lebih kecil, untuk bisa kembali ke tundukan-tundukan di gedung itu, lima belas atau tiga belas tahun yang lalu: dulu, dulu sekali.
Aku harus kembali menjadi pejuang tangguh yang berjuang dalam sebuah jalan besar dengan tubuh yang kecil dan tipis, mencoba berdamai dengan warna warni dunia yang kecil, lima belas atau tiga belas tahun yang lalu: dulu, dulu sekali namun seperti masih kemarin pagi.
Aku masih menangis disini, berjuang dan terus mendaki, turun dan terjebak dalam sebuah lembah yang dalam dan luas, dikelilingi oleh pohon-pohon plastik yang tak asliā€¦

Dalam sebuah Topaz di kota kandy, 05 juni 2006, 09:38 pm

0 Comments:

Post a Comment

<< Home